Ketika kita naik pesawat, turbulensi merupakan hal yang kerap kali ditemukan. Namun, sebagian orang pasti merasakan kekhawatiran berlebih ketika mengalaminya.
Seorang ahli anatomi manusia telah membagikan empat tips penting untuk mengelola kecemasan dan ketidaknyamanan yang ditakuti yang datang bersamaan dengan turbulensi pesawat.
Mempertimbangkan serentetan drama maskapai baru-baru ini, termasuk sumbat pintu yang meledakkan penerbangan Alaska Airlines, mungkin sebuah ide yang baik untuk menerima saran dari profesor Adam Taylor, direktur Pusat Pembelajaran Anatomi Klinis di Universitas Lancaster Inggris, seperti dilansir dari New York Post.
“Tubuh mengenali dirinya sendiri dalam lingkungan apa pun. Hubungannya dengan objek dalam hal jarak dan arah disebut orientasi spasial. Saat terbang, ini biasanya bergerak maju, naik, beberapa belokan dan turun," tulisnya dalam sebuah artikel di The Conversation, menjelaskan mengapa udara yang kasar bisa sangat mengerikan.
"Namun, turbulensi mengganggu hubungan ini dan membingungkan informasi sensorik yang diterima oleh otak dan itu membuat tubuh ingin merespons atau mengkalibrasi ulang,” ia menambahkan.
Taylor menjelaskan bahwa keseimbangan telinga bagian dalam seseorang, yang sudah dibuang oleh penerbangan dengan membatasi visibilitas eksternal, juga memainkan peran kunci dalam orientasi spasial dan biasanya mengalami disorientasi oleh turbulensi.
"Ketika pesawat menabrak turbulensi, alat keseimbangan tidak dapat membedakan gerakan pesawat dari gerakan kepala, jadi otak menafsirkan gerakan pesawat sebagai gerakan kepala atau tubuh. Tapi ini tidak sesuai dengan informasi visual yang diterima, yang menyebabkan kebingungan sensorik,” ujarnya.
Taylor menyarankan bahwa meraih kursi dekat jendela mungkin yang terbaik bagi mereka yang kerap cemas berhadapan dengan turbulensi.
"Ini memberi otak beberapa informasi sensorik melalui jalur visual, membantu menenangkan otak dalam menanggapi informasi vestibular yang diterimanya,” kata dia.
Dia juga menyarankan bahwa kursi yang lebih dekat ke depan atau di atas sayap dapat mengurangi efeknya.
Selain itu, napas dalam-dalam dan pernapasan dalam ritme dapat memerangi mabuk perjalanan yang disebabkan oleh turbulensi. "Berfokus pada pernapasan Anda menenangkan sistem saraf,” jelasnya.
Taylor juga menyarankan sebaiknya hindari alkohol dan tetap sadar. Minum alkohol sebelum naik pesawat dapat membuat situasi yang buruk menjadi lebih buruk.
"Meskipun Anda mungkin merasa itu menenangkan saraf Anda, jika Anda mengalami turbulensi itu akan mengganggu pemrosesan visual dan pendengaran Anda dan meningkatkan kemungkinan muntah,” jelasnya.