Studi: Satu dari Lima Karyawan di Dunia Mengalami Kesepian Setiap Hari
GAYA HIDUP
Jun 20 2024, 06.56
Satu dari lima karyawan di dunia mengalami kesepian setiap hari, dan karyawan yang lebih muda bahkan lebih rentan terhadap perasaan tersebut.
Menurut Gallup State of the Global Workplace Report, sebanyak 20% karyawan di seluruh dunia mengalami kesepian setiap hari. Bagi mereka yang selalu bekerja dari rumah dan pekerja di bawah usia 35 tahun, kesepian bahkan lebih sering terjadi, yaitu 22% dan 25%.
Secara global, kesejahteraan karyawan menurun pada 2023, terutama di kalangan karyawan yang lebih muda (di bawah usia 35 tahun). Menurut jajak pendapat Gallup, tidak hanya tenaga kerja global yang mengalami kesepian, tetapi stres, kesedihan, dan kemarahan juga meningkat.
"Kemerosotan kesehatan mental secara global mengkhawatirkan. Beberapa orang khawatir bahwa kita berada di luar kendali," kata CEO Gallup Jon Clifton dalam laporan tersebut dikutip dari laman CNBC.
"Jika kesehatan mental umat manusia menurun dengan cepat selama era keemasan kemajuan dan kemakmuran, hal itu akan menjadi salah satu paradoks terbesar di zaman kita," ungkap Clifton.
Penelitian ini mengambil data dari Gallup World Poll yang dilakukan di lebih dari 160 negara dan wilayah di seluruh dunia.
"Pekerjaan memainkan peran sentral dalam identitas kita, kehidupan sosial kita, keuangan kita, kesehatan kita, dan posisi serta keterlibatan kita dalam komunitas kita," kata kepala ilmuwan Gallup, Jim Harter.
"Kita semua telah mengalami perubahan di tempat kerja sejak pandemi melanda pada dan sekitar tahun 2020. Aada beberapa konsekuensi yang tidak diinginkan dari fleksibilitas dan jarak fisik dan hal ini dapat berubah menjadi jarak mental," kata Harter.
Psikolog klinis Annabel Chow mengungkapkan, kesepian adalah pengalaman emosional yang alami dan wajar dan semua orang mengalaminya.
"Kesepian bukanlah masalahnya, melainkan bagaimana kita memandang kesepian, jika kita memandangnya dengan sangat negatif, maka secara alami respons kita terhadapnya menjadi sangat negatif, dan masalahnya akan semakin membesar,” jelas Chow.
“Kita harus mengambil pendekatan yang sehat, seimbang dan netral sehingga kita dapat mengelola perasaan itu dengan lebih efektif. Kita harus berusaha untuk menemukan sumber dari perasaan tersebut. Apakah kita kurang berinteraksi dalam keseharian kita? Atau meskipun berada di sekitar banyak orang, kita tidak merasa dilihat, dimengerti atau dihargai? Memiliki pemahaman ini akan membantu menentukan langkah selanjutnya,” pungkas Chow.