Donat merupakan salah satu jenis camilan yang populer di Indonesia. Dengan bentuk seperti cincin dan berbagai topping, roti ini cukup menggugah selera bagi penikmatnya, apalagi saat disajikan hangat.
Selain bisa dijadikan sebagai salah satu makanan pengganjal perut saat lapar, donat juga bisa jadi pilihan menu untuk sarapan. Selain nikmat, donat juga cukup praktis yang bisa dinikmati sebagai pengganti roti.
Tapi, tahukah Anda di mana kue donat pertama kali dikenal dan disebut apa? Dilansir dari laman How Stuff Works, berikut lima fakta mengenai donat.
1. Awalnya disebut kue berminyak
Para sejarawan percaya bahwa donat datang ke Amerika melalui orang Belanda. Hal ini bisa terjadi karena dahulu, New York merupakan daerah koloni Belanda dengan sebutan New Amsterdam.
Di Amerika, kue donat berkembang menjadi makanan populer. Namun tahukah Anda, makanan ini dulunya disebut olykoeks atau kue berminyak, dimana merupakan adonan bola manis yang digoreng dengan minyak atau lemak babi dan disajikan selama liburan Natal.
Kata 'donat' muncul setelah seorang wanita dikatakan memasukkan kacang ke dalam adonan sebelum menggorengnya.
2. Awalnya tidak ada lubang di tengah
Pada pertengahan abad ke-19, seorang wanita Maine bernama Elizabeth Gregory menggoreng adonan untuk putranya, yang merupakan seorang kapten laut untuk melakukan pelayarannya. Dia meletakkan kacang di tengah kue dan membuat donat literal.
Anak laki-lakinya yang kemudian tak sengaja memberi bentuk lubang di tengah. Karena repot membawa donat dan ia sibuk memutar kendali kapal, maka ia menyangkutkan roti goreng di tangkai stir kapal sehingga berlubang di tengahnya.
Namun, dalam versi lain, Gregory memberi tahu The Washington Post, dia menggunakan tutup kaleng merica untuk membuat lubang donat, supaya donat ibunya tidak terlalu keras saat dia nmenggorengnya.
Tetapi, sejarawan kuliner Linda Civitello menulis bahwa orang tak dikenal membuat lubang tersebut agar donat lebih cepat matang. Lubang membiarkan seluruh donat matang dengan kecepatan yang sama, jadi Anda tidak memiliki bagian tengah yang mentah dan tepi yang gosong.
3. Berkaitan dengan Perang Dunia I
Selama Perang Dunia I, sukarelawan Salvation Army, yang dijuluki "donat lassies", menggoreng dan menyajikan donat kepada tentara di garis depan di Prancis. Hal itu berawal dari adanya pria Rusia bernama Adolph Levitt, penemu mesin donat.
Alat tersebut meluncurkan produksi donat dari toko roti lokal ke fasilitas produksi massal, yang menyebabkan ledakan popularitas dan penjualan donat. Salvation Army mengetahui tren tersebut dan memutuskan untuk menggunakan donat sebagai bagian dari promosi mereka untuk menghormati tentara yang bertempur dalam Perang Dunia I.
5. Polisi suka nongkrong di toko donat
Semuanya dimulai pada tahun 1950-an ketika petugas polisi mulai menempatkan mobil dan membutuhkan tempat untuk memarkir dan mengerjakan dokumen pada malam hari. Toko donat mulai menjamur pada waktu yang sama dan sering buka pada jam 3 atau 4 pagi untuk bersiap-siap menghadapi kesibukan pagi.
Toko-toko menyediakan tempat untuk berhenti dan camilan penambah energi dengan banyak karbohidrat dan gula. Selain itu, toko donat suka memiliki polisi untuk perlindungan.
Dalam buku "Donut: History, Recipes, and Lore from Boston to Berlin," mantan walikota dan kepala polisi Philadelphia, Frank Rizzo, berkata, "Ketika saya menjadi polisi - meskipun saya sarapan di rumah - tidak ada yang lebih saya sukai daripada donat besar yang kental dan secangkir kopi. Anda keluar, berjalan-jalan, berguling-guling di jalanan bersama para penjahat [dan membakar] kalori."
William Rosenberg, pendiri Dunkin' Donuts, memiliki kebijakan eksplisit bahwa restorannya harus "ramah" kepada polisi, sebagaimana itu membuat tingkat kejahatan di toko mereka "sangat rendah".
4. Tinggi kalori
Donat bukanlah suguhan sehari-hari bagi mereka yang menjaga berat badan. Donat berlapis Krispy Kreme polos memiliki 190 kalori, 5 gram lemak jenuh dan 10 gram gula (RDA adalah 25 gram).
Donat pretzel coklat Dunkin' Donuts memiliki 400 kalori, 12 gram lemak jenuh dan 19 gram gula. Donat juga tidak begitu bergizi.
Cobalah untuk perhalan berhenti mengonsumsinya, mengingat jika terlalu banyak mengonsumsi junk food akan dapat meningkatkan risiko berbagai penyakit kronis.