Stres Selama Masa Remaja Dapat Meningkatkan Risiko Depresi Pascapersalinan

blog_10

GAYA HIDUP

Apr 19 2024, 15.10

Sebuah penelitian terbaru mengungkapkan stres selama masa remaja dapat meningkatkan risiko depresi pasca melahirkan di masa dewasa. 

Depresi pascapersalinan (PPD) adalah gabungan perubahan kompleks fisik, emosional, dan perilaku yang terjadi pada satu dari 10 wanita setelah melahirkan. Hal ini diyakini disebabkan karena faktor-faktor seperti perubahan kimia, sosial, dan psikologis terkait persalinan.

“PPD sulit diobati. Sayangnya, semua orang mengenal seseorang yang pernah atau sedang menderita PPD, dan hal ini berdampak besar pada ibu dan bayinya,” kata penulis studi senior, Dr. Akira Sawa, dari Johns Hopkins University School of Medicine, dilansir dari Medical Daily, Jumat (19/4/24).

Penelitian ini diterbitkan dalam jurnal Nature Mental Health oleh tim peneliti dari Johns Hopkins Medicine, yang menunjukkan bahwa stres sosial pada masa remaja pada tikus betina kemudian mengakibatkan peningkatan hormon kortisol yang berkepanjangan setelah mereka melahirkan.

Berdasarkan peningkatan kadar hormon yang diamati dalam penelitian pada tikus, para peneliti menyarankan bahwa perubahan hormonal serupa juga terjadi pada wanita pascapersalinan yang memiliki pengalaman awal kehidupan yang buruk. Temuan ini menyiratkan bahwa stres di awal kehidupan dapat berkontribusi terhadap memburuknya depresi pascapersalinan dari sudut pandang patofisiologis.

Untuk melakukan percobaan, para peneliti mengelompokkan tikus menjadi empat: perawan yang tidak mengalami stres, perawan yang mengalami stres, ibu yang tidak mengalami stres, dan ibu yang mengalami stres. 

Tikus yang mengalami stres diisolasi selama masa remajanya, dan semua kelompok diperiksa tingkat stresnya. Seminggu setelah melahirkan, dia menekankan bahwa para ibu menunjukkan tanda-tanda depresi, seperti berkurangnya pergerakan dan berkurangnya minat terhadap gula, yang berlangsung setidaknya selama tiga minggu pasca melahirkan.

Para peneliti kemudian mengukur kadar hormon dan menemukan bahwa kortisol lebih tinggi pada ibu dengan atau tanpa stres awal kehidupan. Namun, pada ibu yang tidak mengalami stres, kortisol kembali ke tingkat normal setelah melahirkan, sedangkan pada ibu yang stres, kadar kortisolnya tinggi selama satu hingga tiga minggu setelah melahirkan. 

Hal ini menunjukkan adanya hubungan antara peningkatan kortisol pasca melahirkan dan perubahan perilaku pada tikus pasca melahirkan yang mengalami isolasi sosial remaja.

Strategi pengobatan depresi pascapersalinan saat ini melibatkan penggunaan kelas pil antidepresan yang disebut inhibitor reuptake serotonin selektif (SSRI). Namun, sekitar sepertiga kondisi kejiwaan gagal merespons terapi yang ada saat ini.

Temuan terbaru menunjukkan bahwa terapi obat yang ada untuk depresi pascapersalinan mungkin tidak selalu efektif mengatasi ketidakseimbangan kimia tertentu di otak dan dalam kasus tersebut, metode alternatif mungkin lebih bermanfaat.

“Jika temuan ini diterapkan pada manusia, maka hal ini bisa berarti bahwa jenis antidepresan lain, antagonis reseptor glukokortikoid (GR), yang menghambat efek peningkatan kortisol, bisa menjadi pilihan pengobatan baru untuk PPD. Mifepristone mungkin merupakan salah satu obat tersebut. " rilis berita tersebut menyatakan.

“Hasil studi baru ini menambah bukti bahwa pasien dengan depresi pascapersalinan tidak semuanya sama, dan diagnosis serta pengobatan yang lebih individual – pendekatan pengobatan yang presisi – diperlukan,” kata Sawa.

Penulis : Maidian Reviani

Editor : Maidian Reviani


RELATED ARTICLES AND VIDEOS

Generic placeholder image

Awas! Suka Marah-Marah Bisa Tingkatkan Risiko Penyakit Jantung

GAYA HIDUP

May 02 2024, 11.34

Sebelum, selama, dan setelah tugas, para ilmuwan juga mengukur pelebaran pembuluh darah dan fungsi seluler peserta.


Generic placeholder image

Kesepian Sebelum Usia 12 Tahun Terkait dengan Masalah Alkohol di Masa Dewasa

LAINNYA

Apr 30 2024, 10.08

Kesepian mempengaruhi sekitar sepertiga orang di negara-negara industri.


Generic placeholder image

Ingin Tubuh Sehat? Ternyata Tidak Harus 10 Ribu Langkah Per Hari

GAYA HIDUP

Apr 29 2024, 08.38

Berjalan 8.000 atau lebih langkah sehari sekali atau dua kali seminggu memiliki tingkat kematian yang lebih rendah.


Generic placeholder image

Tips Mudah Untuk Stop Kebiasaan Makan Junk Food

GAYA HIDUP

Apr 26 2024, 17.09

Cobalah untuk perhalan berhenti mengonsumsinya, mengingat jika terlalu banyak mengonsumsi junk food akan dapat meningkatkan risiko berbagai penyakit kronis.


Generic placeholder image

Ini Delapan Manfaat Menangis untuk Ketenangan dan Kesehatan Mental

GAYA HIDUP

Apr 26 2024, 16.44

Menangis memiliki beberapa manfaat yang berpengaruh besar pada kesehatan pikiran, mental serta jiwa seperti menenangkan diri.


Copyright Katadata 2022